MAKALAH
ILMU
NUTRISI TERNAK UNGGAS
“MANAJEMEN
PEMELIHARAAN ITIK”
Oleh:
RAHMAN MAULANA
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
Bab I
Pendahuluan
1.1.Latar
Belakang
Pada dasarnya pemeliharaan itik telah
dilakukan sejak lama oleh masyarakat
pedesaan. Bagi mereka, itik merupakan sumber mata pencaharian sehari- hari.
Biasanya, mereka memelihara itik dengan sistem gembala. Setiap pagi hingga sore
peternak mengembalakan itik di sawah- sawah untuk mendapatkan gabah- gabah yang
tercecer sebagai sumber pakan. Sistem pemeliharaannya memang masih sangat
sederhana. Namun, dari telur dan daging yang dihasilkan oleh itik peliharaannya, para
peternak di pedesaan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluargannya.
pedesaan. Bagi mereka, itik merupakan sumber mata pencaharian sehari- hari.
Biasanya, mereka memelihara itik dengan sistem gembala. Setiap pagi hingga sore
peternak mengembalakan itik di sawah- sawah untuk mendapatkan gabah- gabah yang
tercecer sebagai sumber pakan. Sistem pemeliharaannya memang masih sangat
sederhana. Namun, dari telur dan daging yang dihasilkan oleh itik peliharaannya, para
peternak di pedesaan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluargannya.
Ternak unggas merupakan
jenis – jenis yang dibudidayakan untuk tujuanproduksi sebagai penghasil pangan
sumber protein hewani bagi masyarakat danmemiliki nilai ekonomis bagi manusia
yang memeliharanya. Beberapa jenisunggas memberikan keuntungan antara lain
adalah ayam, itik, kalkun, merpati danpuyuh. Ilmu ternak unggas adalah ilmu
yang mempelajari prinsip–prinsipproduksi (pembibitan, pembesaran, produksi
telur) penaganan produk danpemasaran produk ternak unggas. Produk ternak unggas
berupa daging dan telur. Tujuan praktikum produksi ternak unggas untuk mengenal
berbagai jenisunggas sesuai dengan dan karakteristiknya termasuk di dalamnya
unggas air,unggas darat, jantan dan betina, mengetahui jenis dan bentuk bahan
pakan,metode dan cara dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas serta aspek
–aspek yang harus dipertimbangkan dalam formulasi ransum
unggas,mengidentifikasi karakteristik unggas, dan membedakan anatara unggas
darat danunggas air. Manfaat praktikum produksi ternak unggas adalah praktikan
dapatmengetahui secara langsung materi yang diajarkan dalam perkuliahan yaitu
materitentang pengenalan jenis pada ternak unggas serta praktikan mampu
membuatformulasi ransum ternak unggas dengan mempertimbangkan aspek-aspek
yangharus dipertimbangkan dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas
Usaha peternakan
mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk
peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan
menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia.
Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan
limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan
kebijakan otonomi, maka pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan
limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga
kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan
memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha
tersebut.
Kebijakan otonomi
daerah perlu diantisipasi oleh aparat pemerintah daerah, khususnya di
kabupaten/kota yang menjadi ujung tombak pembangunan, sehingga kabupaten/kota
dapat berbenah diri dalam menggali segala potensi baik potensi sumber daya alam
maupun potensi sumber daya manusia. Dengan demikian potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk kepentingan pembangunan daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
Kebanyakan masyarakat
yang berada di pedesaan semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada
kaitannya dengan pertanian secara luas kerena memang itulah keahlian mereka
yang dapat digunakan untuk mempertahankan kehidupannya. Tidak heran seorang
petani selain mengolah sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya ternak
bebek, ayam kampung atau yang sering dikenal ayam buras, ada juga yang
memelihara domba, kambing, sapi ataupun kerbau.
Sejauh ini kebijakan
pemerintah yang lebih berorentasi pada sistem pertanian konvensional di mana
banyak mengandalkan input produksi seperti pupuk organik ataupun pestisida
dalam jumlah tinggi untuk memacu target produksi. Dalam kenyataan hal tersebut
justru telah memberikan dampak negatif terhadap ekosistem lahan pertanian yang
ada sehingga lambat laun akan menurunkan produktivitas pertanian dan akibatnya
akan berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pada
kenyataannya sektor pertanian ternyata telah mampu menunjukan ketangguhannya
dalam mengahadapi badai krisis.
Negara kita adalah
negara agraris, di mana sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor
pertanian, namun rata-rata kepemilikan penduduk atas lahan pertanian kurang
dari 0,3 hektar, terutama di pulau Jawa. Dari kondisi kepemilikan lahan yang
sempit ditambah dengan sistem pertanian yang masih mengandalkan input produksi
tinggi menyebabkan petani berada dalam lingkaran kemiskinan yang tiada
putus-putusnya. Petani dengan pendapatan rendah tidak akan mampu menabung,
meningkatkan pendidikan dan keterampilan apalagi meningkatkan investasinya guna
meningkatkan produksi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan bibit?
2.Bagaiman cara pemberian atau manajemen
pakan yang baik?
3. bagaimana manajemen perkandangan yang
baik?
4. Kapan dilakukan vaksinasi dan Vaksin
apa saja yang digunakan?
5.Penyakit apa saja yang sering
menyerang pada ternak itik?
6.Bagaimana cara pengobatan itik yang
terserang penyakit?
1.3. Tujuan
1. untuk mengetahui pemilihan bibit yang
baik.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara
pemberian atau manajemen pakan yang baik.
3. Untuk mengetahui dan memahami
manajemen pakan yang baik untuk ternak unggas khususnya itik
4. Untuk mengetahui vaksinasi dan vaksin
yang digunakan dalam pemeliharaan itik
5. Untuk mengetahui penyakit apa saja
yang menyerang pada ternak itik.
6. mengetahui dan memahami cara
pengobatan itik yang terserang penyakit.
Bab II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pemilhan Bibit
Cara memilih dod bebek yang
baik, yang harus dilihat ketika kita memilih bibit adalah bibit bebek tersebut memiliki bulu yang bagus dan
kering, kedua matanya melek, bebek bergerak lincah, tidak cacat pada kaki
(pincang). Lalu setelah memilih bibit yang baik, selanjutnya adalah
pemeliharaan dimana biasanya ini adalah masa-masa yang sulit sehingga tidak
sedikit yang gagal didalamnya.(Yuwanta T (1993)
Menurut
Maulidya
Siella Ningtyas dkk (2013) Meskipun tak ada perbedaan total telur yang dihasilkan antara
bebek yang dipelihara dari DOD atau Meri. Berikut ini kriteria memilih DOD
maupun bebek siap diternakkan :
Kriteria DOD Unggul
·
Bobot 38-40 gram.
·
Pusarnya sudah kering dan duburnya bersih.
·
Berbulu bagus dan kering.
·
Kedua matanya melek.
·
Bebek bergerak lincah.
·
Tidak ada cacat pada kaki (pengkor).
Pembibitan itik (DOD) yang dilakukan
secara intensif tidaklah sebanyak pembibitan ayam (DOC), yang ada hanya
penetasan telur yang diperoleh dari berbagai peternak yang kemudian ditetaskan
oleh peternak kecil menengah (rumahan). Indukannya pun bukan berasal dari hasil
seleksi. Tak heran jika saat ini sulit menemukan bibit itik unggul dalam jumlah
besar dan umurnya seragam. Susila,
A. B. (1997)
Daerah sentra peternak itik dan
penghasil bibit itik (Day Old Duck/DOD) dan itik siap dibesarkan atau itik siap
bertelur (Meri) adalah di Alabio-Kalimantan Selatan, Cirebon, Cimalaya-Jawa
Barat, Tegal-Jawa Tengah, dan Mojosari-Jawa Timur .DOD/ Day Old Duck anak
itik jantan.Harus
bebas dari penyakit unggas a.I: Avian Influenza Fowl Pox, Avian Chlamydiasis
Salmonellosis (S. pullorum; S, enteridis), Aspergilosis Cocidiosis dan penyakit
unggas lainnya yang ditetapkan. (Dinas Peternakan dan kesehatan hewan
Kalimantan Barat).
2.2. Manajemen
Pakan
Pakan merupakan kebutuhan utama dalam
usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya
lainnya. Kita ketahui bersama fungsi pakan pada makhluk hidup terutama ternak
adalah sebagai penghasil energi. Setelah energi terbentuk maka akan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (memelihara jaringan tubuh),
kalau ada kelebihan energi akan dipergunakan untuk berproduksi (telur dan
daging) dan bereproduksi. Mulatsih, S.Sumiati, dan Tjakradijaja (2010)
Itik adalah unggas yang paling tahan
terhadap pakan berserat kasar tinggi, hal ini disebabkan sekum itik berkembang
lebih baik dibandingkan ayam. Didalam sekum terdapat mikrobia yang mampu
mencerna serat kasar menjadi asam lemak volatile yang digunakan untuk mensuplai
kebutuhan energi. Haqiqi, S. H. (2008)
Kalau kita perhatikan paruh itik berbeda
dengan paruh ayam, hal itu juga mempengaruhi dalam hal untuk mengambil
pakannya. Paruh itik bentuknya pipih dan lebar memudahkan itik mengambil
makanan di tempat basah. Ayam lebih menyukai pakan berbentuk butiran karena
kebiasannya mematuk, sedangkan itik menyukai pakan yang becek. Pada paruh itik
juga terdapat lempeng saringan yang berfungsi untuk menyaring makanan dari air
dan lumpur. Kementrian Pertanian (2012)
2.3. Manajemen
Perkandangan
DOD (day old duck) umur 1-2 minggu sebaiknya ditempatkan
dikandang yang dilengkapi pemanas, yaitu berupa box yang sekelilingnya tertutup
atau bisa juga ditutup dengan kain/plastik. Kandang diberi fentilasi yang cukup
agar sirkulasi udara terjaga, lalu sebelum DOD / bibit bebek dimasukkan semprotkan disinfektan agar kandang bebas dari
kuman/penyakit yang dapat menyerang bebek. Lalu
didalam pemberian pakan, bebek umur
1-2 minggu perlu diberi pakan yang sedikit demi sedikit tetapi continue,
berikan vitamin dan antibiotik untuk menjaga kesehatan bebek dan menambah nafsu makan. Dan yang terakhir selalu bersihkan
kandang secara rutin, sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit.(
Maulidya Siella Ningtyas dkk (2013)
Jenis
Bangunan
Kandang anak itik;
pembesaran; kandang isolasi (itik sakit); tempat pembakaran ituk yang mati,
dudang pakan, peralatan dan obat. Konstruksi Bangunan Bangunan dari bahan yang ekonomis, kuat, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi serta ternak terhindardari kecelakaan. Suhu optimal 26 – 30 cc ; memeliki saluran
pembuangan limbah dan ventilasi udara Tata Letak Bangun kandang,Ruang kantor, tempat tinggal karyawan terpisah dan dibatasi pagar
rapat,
Kandang anak itik dan
itik pembesaran terpisah,
Jarak antara kandang : 1
kali lebar kandang dan jarak dengan bangunan lain minimal 25 meter, Kandang, isolasi dan bangunan lainnya harus
ditata supaya aliran air, saluran pembuangan limbah, tidak menimbullan
pencemaran penyakit.,
Lebar kandang membujur
dari timur ke barat (Dinas Peternakan
dan kesehatan hewan Kalimantan Barat. 2013)
2.4. Vaksinasi
Vaksin bekerja menstimulasi kekebalan
dengan mulai memproduksi antibody untuk melawan bibit penyakit yang ada dalam
vaksin. Antibody
ini selanjutnya akan terus diproduksi sampai antigen yang berasal dari vaksin
hilang dari dalam tubuh. Secara alami antibody akan turun seiring dengan waktu
, dan karena itulah diperlukan adanya booster/pengulangan dalam vaksinasi. (http://puyuhjaya.wordpress.com/2012/01/23/seluk-beluk-pemberian-vaksin-pada-unggas-termasuk-burung-puyuh-02/)
Vaksinasi untuk pertama kalinya
menginduksi sel memory, sehingga respon kekebalan akan bergerak naik dengan
cepat jika suatu saat terjadi kontak dengan agen infeksius, seperti yang ada
dalam vaksin yang pernah diberikan sebelumnya. Pemberian vaksin untuk
kedua kalinya adalah supaya konsentrasi antibody dapat meningkat d engan
segera, sehingga didapatkan “high level antibody” pada waktu yang cukup lama. Kususiyah dan Desia
Kaharuddin (2008).
2.5. Penyakit
Itik lokal (Anas plathyrinchos)
memiliki sifat aquatik yaitu suka dengan air. Hal ini ditunjang oleh
bulu-bulu yang tebal dan berminyak yang berfungsi melindungi tubuh saat berada
di air dan juga bentuk kaki dengan jari-jari kaki dihubungkan oleh selaput
renang. Itik mempunyai keunggulan yaitu tingkat kematian (mortalitas) umumnya
rendah, dan itik lebih tahan terhadap penyakit (Mulatsih dkk, 2010).
Kesehatan
Hewan Situasi Penyakit Itik
Pedaging
penyakit-penyakit unggas yang berbahaya seperti :
Avian Influenza (AI), Fowl Cholera, Fowl Pox, Avian Chlamydiasis, Salmonellosis
(S. pullorum; E.enteridis), Aspergilosis, Coccidiosis dan penyakit unggas
lainnya(Dinas
Peternakan dan kesehatan hewan Kalimantan Barat)
2.6. Pengobatan
Penyakit
- Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri
Pasteurela avicida.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2. Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2. Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
Bab III
PEMBAHASAN
3.1. Pemilihan
Bibit
Bibit itik
hibrida merupakan bibit yang berasal dari hasil persilangan antara itik
mojosari sebagai betinanya dan itik peking sebagai jantan. Kualitas dari bibit
itik tergantung dari induk itik, bibit itik yang dihasikan haruslah berasal
dari induk itik pilihan untuk mencapai bibit itik yang mempunyai pertumbuhan
yang cepat khususnya untuk itik pedaging. Karena itik hibrida adalah merupakan
itik persilangan, maka sebagai peternak kita harus jeli dalam memilih itik
hibrida. Sehingga pada saat melakukan pembelian itik kita harus tau induk dari
itik yang akan dibeli. Bibit itik hibrida Sunarto didapat
dari penetasan bapak Hadi di daerah Tlekung dekat dengan kediaman bapak
Sunarto.
Ketersediaan
DOD dari itik hibrida tergantung dari musim panen padi, pada saat musim kemarau
petani tidak menanam padi sehingga ketersediaan bibit itik sulit . Hal
ini dikarenakan pada musim tersebut sawah yang biasanya digunakan untuk
menggembala itik tidak tersedia, sehingga para peternak yang memelihara itik
secara konvensional tidak melakukan pembelian bibit. Sedangakan pada waktu
musim penghujan banyak terdapat sawah yang ditanami padi, sehingga area untuk
mengembala itik banyak tersedia. Untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan
bibit itik pada waktu musim penghujan, maka dua minggu sebelum memelihara itik,
uang muka untuk bibit itik yang akan dipelihara harus di bayar terlebih dahulu.
Adapun cara dari pemeliharaan untuk penyediaan bibit dari bapak hadi untuk
pelanggannya menggunakan pakan yang sudah tersedia yang mana menyusun komposisi
makanan sendiri.
3.2. Manajemen
Pakan
Sistem pemberian pakan hingga siap dipasarkan :
1.
Untuk
itik umur 1-14 hari diberikan pakan BR 1 dan minum air biasa
2.
Untuk itik
umur 15-25 hari itik diberi rasum/pakan jadi yang disusun oleh pak Hadi berupa formulasi
konsentrat,ulat belatung yag mengandung protein tinggi,dedak,pollard,bungkil
kelapa,molasses,limbah pertanian (sayur-sayuran)
3.
Untuk itik
umur 26 hingga siap panen diberi pakan berupa racikan yang terdiri dari tepung
roti,limbah warung makan, limbah restoran,sisa-sisa makanan. Apabila terdapat
jambu lebih baik tidak digunakan karena dapat menghambat proses penggemukan dan
membuat metabolism tidak lancar
Pemilihan bahan untuk pakan :
1.
Pakan
yang dipilih dalam pemberian untuk ternak itik berbentuk pellet
2.
Apabila
tidak dalam berbentuk pellet maka pakan harus lembek dengan cara pemberian air
panas/hangat agar dapat by pass protein,
pakan tidak masuk hidung dan pakan tidak mengembang didalam saluran pencernaan
yang dapat menyebabkan penekanan terhadap organ-organ yang bias mengakibatkan
kematian
Waktu Pemberian Pakan
1.
Pakan
dan Minum diberikan secara adlibitum (Secara terus menerus)
2.
Pemberian
Pakan akan diberi sebelum pakan habis ditempat pakan
3.
Pengecekan
tempat pakan dilakukan 3 kali sehari
4.
Pada itik
fase stater 1-14 hari didalam brooader pakan harus selalu tersedia begitu juga
dengan air kunyit
3.3.Manajemen
Perkandangan
Sistem atap kandang yang digunakan pak sunarto
1.
Pada
saat musim kemarau atau musim kering memakai system atap shade dengan
meggunakan batang tebu ang telah disusun sedemikian rupa menyerupai atap
2.
Pada
saat musim hujan system atap kandang dibuka sebagian agar sinar matahari yang
jarang ditemui saat musim hujan dapat memberikan sinarnya kepada kandang
sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur diarea kandang
3.
Menurut
bapak sunarto menyatakan bahwa system atap
yang baik meggunakan atap yang berbahan dari seng/asbes karena dengan menggunakan seng panas dari matahari
dapat masuk dan ketahanan lebih dapat dipercaya akan tetapi dengan menggunakan
asbes/seng biaya yang dikeluarkan sangat tinggi setinggi gunung semeru
4.
Pada system
perkandangan pak sunarto kandang dibawah lerng dan memiliki tempat umbaran yang
dapat dikatakan kandang semi intensif.
5.
Lantai
kandang yang digunakan oleh pak sunarto dikondisikan miring ada tempat yang
tinngi dan ada tempat yang rendah. Hal ini dengan tujuan kandang yang lantainya
tinggi untuk istirahat dari ternak itik dan berteduh saat hujan turun. Lantai kandang
yang tinggi insya allah dalam keadaan kering.
6.
Peralatan
kandang yang harus diperhatikan oleh pak sunarto diantaranya tempat isolasi,penghangatan,tempat
pakan,tempat minum,cahaya lampu saat malam hari,alas kandan (terbuat dari sekam
padi,bubuk gergaji,sisa pemotongan kayu,koran
bekas)
7.
Rata-rata
Kapasitas kandang untuk menampung ternak itik berkisar antara 100-150 ekor
dengan ukuran 4 x 6 (meter)
8.
Pada
kandang boarder harus selalu diperhatikan suhu karena apabila suhu tidak sesuai
maka akan mengakibatkan kematian
9.
Pada kandang
Isolasi tempat yang dguakan harus bersih dan setelah isolasi kandang harus
didesinfeksi agar tidak menular bibit penyakit kepada ternak yang sehat
3.4.Penyakit
dan Pencegahannya pada Itik
1.
Flu burung, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dapat
muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda:
·
Tanda-tanda
klinis yang umum dan parah = Highly Pathogenic (HPAI)
·
Tanda-tanda
klinis pada pernafasan dan ringan = Low Pathogenic (LPAI)
·
Tidak
ada tanda-tanda klinis.
Pencegahan
:Vaksinasi terhadap Flu Burung sudah ada dan sedang dikembangkan. Keputusan
untuk membuatvaksin ini tersedia di suatu negara hanya bisa dilakukan oleh
Direktorat Kesehatan Hewan. Akan tetapi, vaksinasi hanyalah salah satu metode
untuk pencegahan dan pengendalian.
2.
Kolera
atau foel cholera, disebab kan oleh kuman yang menyebabkan kematian mendadak dan mortalitas tinggi,
ditandai dengan adanya gangguan pernafasan dan syaraf, radang persendian seta
pembengkakan dan warna kebiruan pada balung atau jawer itik.
Upaya
pengendalian penyakit kolera unggas terdiri atas tiga pokok kegiatan yaitu
sanitasi, vaksinasi dan pengobatan. Disamping itu upaya pengamanan terhadap
penyakit menular juga perlu diterapkan
3.
Penyakit
highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang disebabkan oleh virus avian
influenza subtipe H5N1, ditandai dengan kematian itik yang tinggi.
Pencegahan
penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi, vaksinasi dan pengobatan. Disamping
itu upaya pengamanan terhadap penyakit menular juga perlu diterapkan.
Bab IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam Peeliharaan ternak
itik hal yang harus diperhatikan anata lain:
1.
Manajemen Pakan
yakni meliputi Sumbernya,Kandungan Gizi,Mudah didpat,disukai ternak,dan harga
murah untuk menekan biaya pakan
2.
Lingkungan
meliputi Jauh dari pemukiman,Limbah ternak tidak mencemari( dapat dilakukan
penanganan limbah),suhu yang Ideal,Jauh dari ngkat kriminal(Pencurian),tidak
pernah ada riwayat penyakit yang Kronis (zona endemic)
3.
Manajemen
Kandang meliputi Kelayakan untuk ternak(kenyamanan,Lantai kandang bersih,suhu
kandang,Sinar yang masuk,sirkulasi udara serta kelembaban dan sumber pakn dan
minum)
4.2.Saran
1.
Sebaiknya
praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan agar peternak tidak
dirugikan karena kemunduran moral,prilaku,adat dan tata karma yang kurang baik
2.
Dalam prktikum
sebaiknya bukan hanya sekedar observasi lapang menurut kami lebih baik
bersama-sama menggunakan uang dengan baik dengan cara pemeliharan intensif dan akan
member pengalaman yang baik bagi praktikan
3.
Menurut
kami akan lebih berguna membantu peternak dalam pemeliharaan dilapang selama
hari yang ditentukan dari pada praktikum yang kurang berbobot dan tidak efisien
Daftar Pustaka
Haqiqi,
S. H. 2008. Mengenal Beberapa Jenis Itik Petelur Lokal. Fakultas
Peternakan Universitas Bab I
Pendahuluan
1.1.Latar
Belakang
Pada dasarnya pemeliharaan itik telah
dilakukan sejak lama oleh masyarakat
pedesaan. Bagi mereka, itik merupakan sumber mata pencaharian sehari- hari.
Biasanya, mereka memelihara itik dengan sistem gembala. Setiap pagi hingga sore
peternak mengembalakan itik di sawah- sawah untuk mendapatkan gabah- gabah yang
tercecer sebagai sumber pakan. Sistem pemeliharaannya memang masih sangat
sederhana. Namun, dari telur dan daging yang dihasilkan oleh itik peliharaannya, para
peternak di pedesaan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluargannya.
pedesaan. Bagi mereka, itik merupakan sumber mata pencaharian sehari- hari.
Biasanya, mereka memelihara itik dengan sistem gembala. Setiap pagi hingga sore
peternak mengembalakan itik di sawah- sawah untuk mendapatkan gabah- gabah yang
tercecer sebagai sumber pakan. Sistem pemeliharaannya memang masih sangat
sederhana. Namun, dari telur dan daging yang dihasilkan oleh itik peliharaannya, para
peternak di pedesaan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluargannya.
Ternak unggas merupakan
jenis – jenis yang dibudidayakan untuk tujuanproduksi sebagai penghasil pangan
sumber protein hewani bagi masyarakat danmemiliki nilai ekonomis bagi manusia
yang memeliharanya. Beberapa jenisunggas memberikan keuntungan antara lain
adalah ayam, itik, kalkun, merpati danpuyuh. Ilmu ternak unggas adalah ilmu
yang mempelajari prinsip–prinsipproduksi (pembibitan, pembesaran, produksi
telur) penaganan produk danpemasaran produk ternak unggas. Produk ternak unggas
berupa daging dan telur. Tujuan praktikum produksi ternak unggas untuk mengenal
berbagai jenisunggas sesuai dengan dan karakteristiknya termasuk di dalamnya
unggas air,unggas darat, jantan dan betina, mengetahui jenis dan bentuk bahan
pakan,metode dan cara dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas serta aspek
–aspek yang harus dipertimbangkan dalam formulasi ransum
unggas,mengidentifikasi karakteristik unggas, dan membedakan anatara unggas
darat danunggas air. Manfaat praktikum produksi ternak unggas adalah praktikan
dapatmengetahui secara langsung materi yang diajarkan dalam perkuliahan yaitu
materitentang pengenalan jenis pada ternak unggas serta praktikan mampu
membuatformulasi ransum ternak unggas dengan mempertimbangkan aspek-aspek
yangharus dipertimbangkan dalam penyusunan atau formulasi ransum unggas
Usaha peternakan
mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk
peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan
menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia.
Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan
limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena itu, seiring dengan
kebijakan otonomi, maka pemgembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan
limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga
kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan
memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha
tersebut.
Kebijakan otonomi
daerah perlu diantisipasi oleh aparat pemerintah daerah, khususnya di
kabupaten/kota yang menjadi ujung tombak pembangunan, sehingga kabupaten/kota
dapat berbenah diri dalam menggali segala potensi baik potensi sumber daya alam
maupun potensi sumber daya manusia. Dengan demikian potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk kepentingan pembangunan daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
Kebanyakan masyarakat
yang berada di pedesaan semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada
kaitannya dengan pertanian secara luas kerena memang itulah keahlian mereka
yang dapat digunakan untuk mempertahankan kehidupannya. Tidak heran seorang
petani selain mengolah sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya ternak
bebek, ayam kampung atau yang sering dikenal ayam buras, ada juga yang
memelihara domba, kambing, sapi ataupun kerbau.
Sejauh ini kebijakan
pemerintah yang lebih berorentasi pada sistem pertanian konvensional di mana
banyak mengandalkan input produksi seperti pupuk organik ataupun pestisida
dalam jumlah tinggi untuk memacu target produksi. Dalam kenyataan hal tersebut
justru telah memberikan dampak negatif terhadap ekosistem lahan pertanian yang
ada sehingga lambat laun akan menurunkan produktivitas pertanian dan akibatnya
akan berdampak pada pendapatan dan kesejahteraan petani. Namun pada
kenyataannya sektor pertanian ternyata telah mampu menunjukan ketangguhannya
dalam mengahadapi badai krisis.
Negara kita adalah
negara agraris, di mana sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor
pertanian, namun rata-rata kepemilikan penduduk atas lahan pertanian kurang
dari 0,3 hektar, terutama di pulau Jawa. Dari kondisi kepemilikan lahan yang
sempit ditambah dengan sistem pertanian yang masih mengandalkan input produksi
tinggi menyebabkan petani berada dalam lingkaran kemiskinan yang tiada
putus-putusnya. Petani dengan pendapatan rendah tidak akan mampu menabung,
meningkatkan pendidikan dan keterampilan apalagi meningkatkan investasinya guna
meningkatkan produksi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan bibit?
2.Bagaiman cara pemberian atau manajemen
pakan yang baik?
3. bagaimana manajemen perkandangan yang
baik?
4. Kapan dilakukan vaksinasi dan Vaksin
apa saja yang digunakan?
5.Penyakit apa saja yang sering
menyerang pada ternak itik?
6.Bagaimana cara pengobatan itik yang
terserang penyakit?
1.3. Tujuan
1. untuk mengetahui pemilihan bibit yang
baik.
2. Untuk mengetahui dan memahami cara
pemberian atau manajemen pakan yang baik.
3. Untuk mengetahui dan memahami
manajemen pakan yang baik untuk ternak unggas khususnya itik
4. Untuk mengetahui vaksinasi dan vaksin
yang digunakan dalam pemeliharaan itik
5. Untuk mengetahui penyakit apa saja
yang menyerang pada ternak itik.
6. mengetahui dan memahami cara
pengobatan itik yang terserang penyakit.
Bab II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pemilhan Bibit
Cara memilih dod bebek yang
baik, yang harus dilihat ketika kita memilih bibit adalah bibit bebek tersebut memiliki bulu yang bagus dan
kering, kedua matanya melek, bebek bergerak lincah, tidak cacat pada kaki
(pincang). Lalu setelah memilih bibit yang baik, selanjutnya adalah
pemeliharaan dimana biasanya ini adalah masa-masa yang sulit sehingga tidak
sedikit yang gagal didalamnya.(Yuwanta T (1993)
Menurut
Maulidya
Siella Ningtyas dkk (2013) Meskipun tak ada perbedaan total telur yang dihasilkan antara
bebek yang dipelihara dari DOD atau Meri. Berikut ini kriteria memilih DOD
maupun bebek siap diternakkan :
Kriteria DOD Unggul
·
Bobot 38-40 gram.
·
Pusarnya sudah kering dan duburnya bersih.
·
Berbulu bagus dan kering.
·
Kedua matanya melek.
·
Bebek bergerak lincah.
·
Tidak ada cacat pada kaki (pengkor).
Pembibitan itik (DOD) yang dilakukan
secara intensif tidaklah sebanyak pembibitan ayam (DOC), yang ada hanya
penetasan telur yang diperoleh dari berbagai peternak yang kemudian ditetaskan
oleh peternak kecil menengah (rumahan). Indukannya pun bukan berasal dari hasil
seleksi. Tak heran jika saat ini sulit menemukan bibit itik unggul dalam jumlah
besar dan umurnya seragam. Susila,
A. B. (1997)
Daerah sentra peternak itik dan
penghasil bibit itik (Day Old Duck/DOD) dan itik siap dibesarkan atau itik siap
bertelur (Meri) adalah di Alabio-Kalimantan Selatan, Cirebon, Cimalaya-Jawa
Barat, Tegal-Jawa Tengah, dan Mojosari-Jawa Timur .DOD/ Day Old Duck anak
itik jantan.Harus
bebas dari penyakit unggas a.I: Avian Influenza Fowl Pox, Avian Chlamydiasis
Salmonellosis (S. pullorum; S, enteridis), Aspergilosis Cocidiosis dan penyakit
unggas lainnya yang ditetapkan. (Dinas Peternakan dan kesehatan hewan
Kalimantan Barat).
2.2. Manajemen
Pakan
Pakan merupakan kebutuhan utama dalam
usaha pemeliharaan ternak itik. Biaya untuk ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya
lainnya. Kita ketahui bersama fungsi pakan pada makhluk hidup terutama ternak
adalah sebagai penghasil energi. Setelah energi terbentuk maka akan
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (memelihara jaringan tubuh),
kalau ada kelebihan energi akan dipergunakan untuk berproduksi (telur dan
daging) dan bereproduksi. Mulatsih, S.Sumiati, dan Tjakradijaja (2010)
Itik adalah unggas yang paling tahan
terhadap pakan berserat kasar tinggi, hal ini disebabkan sekum itik berkembang
lebih baik dibandingkan ayam. Didalam sekum terdapat mikrobia yang mampu
mencerna serat kasar menjadi asam lemak volatile yang digunakan untuk mensuplai
kebutuhan energi. Haqiqi, S. H. (2008)
Kalau kita perhatikan paruh itik berbeda
dengan paruh ayam, hal itu juga mempengaruhi dalam hal untuk mengambil
pakannya. Paruh itik bentuknya pipih dan lebar memudahkan itik mengambil
makanan di tempat basah. Ayam lebih menyukai pakan berbentuk butiran karena
kebiasannya mematuk, sedangkan itik menyukai pakan yang becek. Pada paruh itik
juga terdapat lempeng saringan yang berfungsi untuk menyaring makanan dari air
dan lumpur. Kementrian Pertanian (2012)
2.3. Manajemen
Perkandangan
DOD (day old duck) umur 1-2 minggu sebaiknya ditempatkan
dikandang yang dilengkapi pemanas, yaitu berupa box yang sekelilingnya tertutup
atau bisa juga ditutup dengan kain/plastik. Kandang diberi fentilasi yang cukup
agar sirkulasi udara terjaga, lalu sebelum DOD / bibit bebek dimasukkan semprotkan disinfektan agar kandang bebas dari
kuman/penyakit yang dapat menyerang bebek. Lalu
didalam pemberian pakan, bebek umur
1-2 minggu perlu diberi pakan yang sedikit demi sedikit tetapi continue,
berikan vitamin dan antibiotik untuk menjaga kesehatan bebek dan menambah nafsu makan. Dan yang terakhir selalu bersihkan
kandang secara rutin, sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit.(
Maulidya Siella Ningtyas dkk (2013)
Jenis
Bangunan
Kandang anak itik;
pembesaran; kandang isolasi (itik sakit); tempat pembakaran ituk yang mati,
dudang pakan, peralatan dan obat. Konstruksi Bangunan Bangunan dari bahan yang ekonomis, kuat, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi serta ternak terhindardari kecelakaan. Suhu optimal 26 – 30 cc ; memeliki saluran
pembuangan limbah dan ventilasi udara Tata Letak Bangun kandang,Ruang kantor, tempat tinggal karyawan terpisah dan dibatasi pagar
rapat,
Kandang anak itik dan
itik pembesaran terpisah,
Jarak antara kandang : 1
kali lebar kandang dan jarak dengan bangunan lain minimal 25 meter, Kandang, isolasi dan bangunan lainnya harus
ditata supaya aliran air, saluran pembuangan limbah, tidak menimbullan
pencemaran penyakit.,
Lebar kandang membujur
dari timur ke barat (Dinas Peternakan
dan kesehatan hewan Kalimantan Barat. 2013)
2.4. Vaksinasi
Vaksin bekerja menstimulasi kekebalan
dengan mulai memproduksi antibody untuk melawan bibit penyakit yang ada dalam
vaksin. Antibody
ini selanjutnya akan terus diproduksi sampai antigen yang berasal dari vaksin
hilang dari dalam tubuh. Secara alami antibody akan turun seiring dengan waktu
, dan karena itulah diperlukan adanya booster/pengulangan dalam vaksinasi. (http://puyuhjaya.wordpress.com/2012/01/23/seluk-beluk-pemberian-vaksin-pada-unggas-termasuk-burung-puyuh-02/)
Vaksinasi untuk pertama kalinya
menginduksi sel memory, sehingga respon kekebalan akan bergerak naik dengan
cepat jika suatu saat terjadi kontak dengan agen infeksius, seperti yang ada
dalam vaksin yang pernah diberikan sebelumnya. Pemberian vaksin untuk
kedua kalinya adalah supaya konsentrasi antibody dapat meningkat d engan
segera, sehingga didapatkan “high level antibody” pada waktu yang cukup lama. Kususiyah dan Desia
Kaharuddin (2008).
2.5. Penyakit
Itik lokal (Anas plathyrinchos)
memiliki sifat aquatik yaitu suka dengan air. Hal ini ditunjang oleh
bulu-bulu yang tebal dan berminyak yang berfungsi melindungi tubuh saat berada
di air dan juga bentuk kaki dengan jari-jari kaki dihubungkan oleh selaput
renang. Itik mempunyai keunggulan yaitu tingkat kematian (mortalitas) umumnya
rendah, dan itik lebih tahan terhadap penyakit (Mulatsih dkk, 2010).
Kesehatan
Hewan Situasi Penyakit Itik
Pedaging
penyakit-penyakit unggas yang berbahaya seperti :
Avian Influenza (AI), Fowl Cholera, Fowl Pox, Avian Chlamydiasis, Salmonellosis
(S. pullorum; E.enteridis), Aspergilosis, Coccidiosis dan penyakit unggas
lainnya(Dinas
Peternakan dan kesehatan hewan Kalimantan Barat)
2.6. Pengobatan
Penyakit
- Penyakit Duck Cholera
Penyebab: bakteri
Pasteurela avicida.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2. Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada dengan dosis sesuai label obat.
2. Penyakit Salmonellosis
Penyebab: bakteri typhimurium.
Gejala: pernafasan sesak, mencret.
Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan dengan label obat.
Bab III
PEMBAHASAN
3.1. Pemilihan
Bibit
Bibit itik
hibrida merupakan bibit yang berasal dari hasil persilangan antara itik
mojosari sebagai betinanya dan itik peking sebagai jantan. Kualitas dari bibit
itik tergantung dari induk itik, bibit itik yang dihasikan haruslah berasal
dari induk itik pilihan untuk mencapai bibit itik yang mempunyai pertumbuhan
yang cepat khususnya untuk itik pedaging. Karena itik hibrida adalah merupakan
itik persilangan, maka sebagai peternak kita harus jeli dalam memilih itik
hibrida. Sehingga pada saat melakukan pembelian itik kita harus tau induk dari
itik yang akan dibeli. Bibit itik hibrida Sunarto didapat
dari penetasan bapak Hadi di daerah Tlekung dekat dengan kediaman bapak
Sunarto.
Ketersediaan
DOD dari itik hibrida tergantung dari musim panen padi, pada saat musim kemarau
petani tidak menanam padi sehingga ketersediaan bibit itik sulit . Hal
ini dikarenakan pada musim tersebut sawah yang biasanya digunakan untuk
menggembala itik tidak tersedia, sehingga para peternak yang memelihara itik
secara konvensional tidak melakukan pembelian bibit. Sedangakan pada waktu
musim penghujan banyak terdapat sawah yang ditanami padi, sehingga area untuk
mengembala itik banyak tersedia. Untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan
bibit itik pada waktu musim penghujan, maka dua minggu sebelum memelihara itik,
uang muka untuk bibit itik yang akan dipelihara harus di bayar terlebih dahulu.
Adapun cara dari pemeliharaan untuk penyediaan bibit dari bapak hadi untuk
pelanggannya menggunakan pakan yang sudah tersedia yang mana menyusun komposisi
makanan sendiri.
3.2. Manajemen
Pakan
Sistem pemberian pakan hingga siap dipasarkan :
1.
Untuk
itik umur 1-14 hari diberikan pakan BR 1 dan minum air biasa
2.
Untuk itik
umur 15-25 hari itik diberi rasum/pakan jadi yang disusun oleh pak Hadi berupa formulasi
konsentrat,ulat belatung yag mengandung protein tinggi,dedak,pollard,bungkil
kelapa,molasses,limbah pertanian (sayur-sayuran)
3.
Untuk itik
umur 26 hingga siap panen diberi pakan berupa racikan yang terdiri dari tepung
roti,limbah warung makan, limbah restoran,sisa-sisa makanan. Apabila terdapat
jambu lebih baik tidak digunakan karena dapat menghambat proses penggemukan dan
membuat metabolism tidak lancar
Pemilihan bahan untuk pakan :
1.
Pakan
yang dipilih dalam pemberian untuk ternak itik berbentuk pellet
2.
Apabila
tidak dalam berbentuk pellet maka pakan harus lembek dengan cara pemberian air
panas/hangat agar dapat by pass protein,
pakan tidak masuk hidung dan pakan tidak mengembang didalam saluran pencernaan
yang dapat menyebabkan penekanan terhadap organ-organ yang bias mengakibatkan
kematian
Waktu Pemberian Pakan
1.
Pakan
dan Minum diberikan secara adlibitum (Secara terus menerus)
2.
Pemberian
Pakan akan diberi sebelum pakan habis ditempat pakan
3.
Pengecekan
tempat pakan dilakukan 3 kali sehari
4.
Pada itik
fase stater 1-14 hari didalam brooader pakan harus selalu tersedia begitu juga
dengan air kunyit
3.3.Manajemen
Perkandangan
Sistem atap kandang yang digunakan pak sunarto
1.
Pada
saat musim kemarau atau musim kering memakai system atap shade dengan
meggunakan batang tebu ang telah disusun sedemikian rupa menyerupai atap
2.
Pada
saat musim hujan system atap kandang dibuka sebagian agar sinar matahari yang
jarang ditemui saat musim hujan dapat memberikan sinarnya kepada kandang
sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur diarea kandang
3.
Menurut
bapak sunarto menyatakan bahwa system atap
yang baik meggunakan atap yang berbahan dari seng/asbes karena dengan menggunakan seng panas dari matahari
dapat masuk dan ketahanan lebih dapat dipercaya akan tetapi dengan menggunakan
asbes/seng biaya yang dikeluarkan sangat tinggi setinggi gunung semeru
4.
Pada system
perkandangan pak sunarto kandang dibawah lerng dan memiliki tempat umbaran yang
dapat dikatakan kandang semi intensif.
5.
Lantai
kandang yang digunakan oleh pak sunarto dikondisikan miring ada tempat yang
tinngi dan ada tempat yang rendah. Hal ini dengan tujuan kandang yang lantainya
tinggi untuk istirahat dari ternak itik dan berteduh saat hujan turun. Lantai kandang
yang tinggi insya allah dalam keadaan kering.
6.
Peralatan
kandang yang harus diperhatikan oleh pak sunarto diantaranya tempat isolasi,penghangatan,tempat
pakan,tempat minum,cahaya lampu saat malam hari,alas kandan (terbuat dari sekam
padi,bubuk gergaji,sisa pemotongan kayu,koran
bekas)
7.
Rata-rata
Kapasitas kandang untuk menampung ternak itik berkisar antara 100-150 ekor
dengan ukuran 4 x 6 (meter)
8.
Pada
kandang boarder harus selalu diperhatikan suhu karena apabila suhu tidak sesuai
maka akan mengakibatkan kematian
9.
Pada kandang
Isolasi tempat yang dguakan harus bersih dan setelah isolasi kandang harus
didesinfeksi agar tidak menular bibit penyakit kepada ternak yang sehat
3.4.Penyakit
dan Pencegahannya pada Itik
1.
Flu burung, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dapat
muncul dalam beberapa bentuk yang berbeda:
·
Tanda-tanda
klinis yang umum dan parah = Highly Pathogenic (HPAI)
·
Tanda-tanda
klinis pada pernafasan dan ringan = Low Pathogenic (LPAI)
·
Tidak
ada tanda-tanda klinis.
Pencegahan
:Vaksinasi terhadap Flu Burung sudah ada dan sedang dikembangkan. Keputusan
untuk membuatvaksin ini tersedia di suatu negara hanya bisa dilakukan oleh
Direktorat Kesehatan Hewan. Akan tetapi, vaksinasi hanyalah salah satu metode
untuk pencegahan dan pengendalian.
2.
Kolera
atau foel cholera, disebab kan oleh kuman yang menyebabkan kematian mendadak dan mortalitas tinggi,
ditandai dengan adanya gangguan pernafasan dan syaraf, radang persendian seta
pembengkakan dan warna kebiruan pada balung atau jawer itik.
Upaya
pengendalian penyakit kolera unggas terdiri atas tiga pokok kegiatan yaitu
sanitasi, vaksinasi dan pengobatan. Disamping itu upaya pengamanan terhadap
penyakit menular juga perlu diterapkan
3.
Penyakit
highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang disebabkan oleh virus avian
influenza subtipe H5N1, ditandai dengan kematian itik yang tinggi.
Pencegahan
penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi, vaksinasi dan pengobatan. Disamping
itu upaya pengamanan terhadap penyakit menular juga perlu diterapkan.
Bab IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dalam Peeliharaan ternak
itik hal yang harus diperhatikan anata lain:
1.
Manajemen Pakan
yakni meliputi Sumbernya,Kandungan Gizi,Mudah didpat,disukai ternak,dan harga
murah untuk menekan biaya pakan
2.
Lingkungan
meliputi Jauh dari pemukiman,Limbah ternak tidak mencemari( dapat dilakukan
penanganan limbah),suhu yang Ideal,Jauh dari ngkat kriminal(Pencurian),tidak
pernah ada riwayat penyakit yang Kronis (zona endemic)
3.
Manajemen
Kandang meliputi Kelayakan untuk ternak(kenyamanan,Lantai kandang bersih,suhu
kandang,Sinar yang masuk,sirkulasi udara serta kelembaban dan sumber pakn dan
minum)
4.2.Saran
1.
Sebaiknya
praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan agar peternak tidak
dirugikan karena kemunduran moral,prilaku,adat dan tata karma yang kurang baik
2.
Dalam prktikum
sebaiknya bukan hanya sekedar observasi lapang menurut kami lebih baik
bersama-sama menggunakan uang dengan baik dengan cara pemeliharan intensif dan akan
member pengalaman yang baik bagi praktikan
3.
Menurut
kami akan lebih berguna membantu peternak dalam pemeliharaan dilapang selama
hari yang ditentukan dari pada praktikum yang kurang berbobot dan tidak efisien
Daftar Pustaka
Haqiqi,
S. H. 2008. Mengenal Beberapa Jenis Itik Petelur Lokal. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Kususiyah dan Desia Kaharuddin.2008. Performans Pertumbuhan Itik Talang
Benih Jantan dan Betinayang Dipelihara secara Intensif. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia Vol. 3, No 1,:5-9
Maulidya Siella Ningtyas dkk.2013. Pengaruh
Temperatur Terhadap Daya Tetas Dan Hasil Tetas Telur Itik (Anas
platyrinchos). Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):347-352
Mulatsih,
S.Sumiati, dan Tjakradijaja. 2010. Intensifikasi Usaha Peternakan Itik Dalam
Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga. Laporan Akhir Program Iptek Bagi
Masyarakat. Institut Pertanan Bogor. Bogor.
Susila,
A. B. 1997. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur dan Berat Telur Terhadap Fertilitas,
Daya Tetas, Mortalitas, dan Berat DOD Itik Tegal. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Yuwanta.
T. 1993. Perencanaan dan Tata Laksana Pembibitan Unggas. Inseminasi
Buatan pada Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Dinas Peternakan
dan kesehatan hewan Kalimantan Barat.2013. diakses
04.25 12 desember 2013
. Malang.
Kususiyah dan Desia Kaharuddin.2008. Performans Pertumbuhan Itik Talang
Benih Jantan dan Betinayang Dipelihara secara Intensif. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia Vol. 3, No 1,:5-9
Maulidya Siella Ningtyas dkk.2013. Pengaruh
Temperatur Terhadap Daya Tetas Dan Hasil Tetas Telur Itik (Anas
platyrinchos). Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):347-352
Mulatsih,
S.Sumiati, dan Tjakradijaja. 2010. Intensifikasi Usaha Peternakan Itik Dalam
Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga. Laporan Akhir Program Iptek Bagi
Masyarakat. Institut Pertanan Bogor. Bogor.
Susila,
A. B. 1997. Pengaruh Frekuensi Pemutaran Telur dan Berat Telur Terhadap Fertilitas,
Daya Tetas, Mortalitas, dan Berat DOD Itik Tegal. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Yuwanta.
T. 1993. Perencanaan dan Tata Laksana Pembibitan Unggas. Inseminasi
Buatan pada Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Dinas Peternakan
dan kesehatan hewan Kalimantan Barat.2013. diakses
04.25 12 desember 2013